Senin, 10 September 2018

Hari Keempat Tantangan Komunikasi Produktif


Si sulung (4,5 tahun) bisa dikategorikan anak yang aktif. Energinya sangat banyak. Seperti mesin yang selalu hidup dan batre yang selalu penuh. Itu hanya sekedar analogi. Yang jelas ciptaan ALLAH tidak bisa disamakan dengan ciptaan manusia.



Sejak berumur 2,5 tahun, si sulung saya titipkan di daycare yang letaknya searah dengan tempat saya bekerja. Ada beberapa tempat yang pernah saya percaya untuk menitipkan si sulung. Sisi positifnya, dia tumbuh menjadi anak yang supel dan mandiri. Namun sisi negatifnya dia jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitar rumahnya.

Akhirnya saat ini, si sulung saya sekolahkan di dekat rumah dengan waktu sekolah yang hanya dua jam. Dia memang jadi lebih banyak menghabiskan waktu berinteraksi dengan lingkungan sekitar rumah tapi saya sesikit khawatir, jika dia main di jalan raya atau menyebrang jalan sendiri atau main ke tempat yang jauh. Kekhawatiran saya itu memyebabkan saya terlalu banyak melarang. Sehingga si sulung pun protes.

Dalam komunikasi produktif selain menggunakan kalimat yang sederhana, jelas, intonasi dan suara yang ramah, kalimat yang disusun juga sebaiknya berupa pernyataan observasi. Masalahnya karena kebiasaan kalimat yang disampaikan lebih berupa interogasi.

"Mas, tadi main ke jalan raya ya. Main ke tempat jauh ya?"

Dan sering kali jika memang dilakukan, maka si sulung akan diam atau dia menjawab dengan kalimat 'gak tau'.
Setelah saya tahu teorinya, saya mulai membiasakan menyusun kalimat observasi. Seperti hari ini. Saya tidak berangkat kerja, tapi pulang sekolah si sulung langsung izin untuk bermain. Saya izinkan setelah dia mengganti pakaian.

Menjelang zuhur, si sulung pulang.

"Seru mainnya ya?"

"Ummi, aku tadi ke rumah Bintang. Aku gak takut, aku lewat jalan yang bagus. Aku hati-hati."

Saya mencoba menahan diri untuk tidak emosi karena dia sudah bermain di tempat yang cukup jauh.

"Besok, main di dekat rumah aja. Jangan jauh-jauh. Lebih enak main di dekat rumah, gak capek. Kalau mau pulang, lebih dekat."

Dengan kalimat observasi, saya bisa memantau dan mengoreksi apa yang sudah dilakukan si sulung. Jika dibandingkan dengan kalimat interogasi, saya malah tidak mendapatkan informasi apa-apa. Yang ada saya malah terbawa emosi akibat kekhawatiran.

#Hari4
#Level1
#Tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional

2 komentar:

  1. iya ya mbak, anak-anak memang fitrahnya pemberani, terkadang kita orngtuanya yang sudah kebanyakan cemasnya, hehehe... ^^

    BalasHapus