Jumat, 07 September 2018

Hari Pertama Tantangan Komunikasi Produktif



Saya adalah seorang ibu yang bekerja di ranah publik. Saya memiliki 2 orang anak (4,5 th dan 35 bln) serta sedang menunggu kelahiran anak ketiga. Urusan domestik dan pengasuhan anak-anak, saya dan suami berbagi tugas untuk menyelesaikannya. Suami saya berangkat kerja pagi-pagi sekali, sebelum jam 7 beliau harus berada di tempat kerja. Sementara saya juga harus berangkat pagi ke tempat kerja. Tanpa asisten rumah tangga memang cukup berat apalagi di pagi hari di saat kami harus berangkat kerja dan si sulung harus berangkat ke sekolah, namun untuk mencari asisten rumah tangga yang cocok juga tidaklah mudah. 


Suasana pagi adalah suasana super sibuk. Meskipun suami juga sudah mengambil peran menyetrika pakaiannya dan memandikan anak, sering juga membuat kopi sendiri. Saya termasuk yang terbiasa melakukan dua atau tiga pekerjaan domestik hampir bersamaan. Selesai mandi dan sholat, seperti otomatis, tanpa jeda saya melakukan pekerjaan domestik, seperti memasak untuk sarapan dan bekal sambil mencuci piring, kadang sambil menyalakan mesin cuci.  (Padahal selama hamil saya hanya melakukan satu pekerjaan saja. Hehe) Tak jarang saya menganggap, orang lain juga bisa melakukan seperti yang saya lakukan. Hal tersebut, sadar atau tidak sadar membuat saya sering melakukan kesalahan dalam berkomunikasi kepada suami dan anak-anak.

Pagi ini saya mulai tantangan bunsay level 1 tentang komunikasi produktif. Dalam materi komunikasi produktif yang saya terima poin pertama adalah Keep Information Short & Simple (KISS). Poin ini menekankan pada penggunaan kalimat tunggal bukan kalimat majemuk saat berbicara dengan anak. Nah kesalahan yang sering saya buat adalah menggunakan kalimat yang panjang, misalnya:
"Mas, mandi terus pakai baju, makan, sekolah, nanti kesiangan." Kalimat itu sering saya sampaikan kepada si sulung, kadang tanpa melihat situasi dan kondisinya.

Pagi ini, saya mulai belajar untuk menyusun kalimat tunggal dan sederhana.

"Mas, pakai baju. Coba pakai sendiri."

Setelah selesai memakai baju, saya lanjutkan kalimat lain.

"Duduk sini, sarapan dulu sebelum sekolah."

Lalu selesai sarapan saya lanjutkan lagi kalimat berikutnya.

"Pakai kaos kaki dan sepatu, coba pakai sendiri."

Bagi saya yang baru mulai berlatih, rasanya waktu terasa lebih panjang dan lama dengan menggunakan kalimat-kalimat itu.

Selain itu, poin kedua dalam komunikasi produktif, yaitu mengendalikan intonasi suara dan menggunakan suara yang ramah. Penjelasannya adalah rumus 7-38-55. Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi. Sementara komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%). Pada poin ini, saya sering melakukan kesalahan. Saya sering mengomel saat meminta anak melakukan sesuatu. Apalagi suasana pagi yang sibuk membuat emosi saya meningkat. Intonasi suara meninggi dan jauh dari bahasa tubuh yang ramah.

Pagi ini saya mulai menahan omelan. Saya menunggu si sulung melakukan satu per satu aktivitasnya.

"Ayo mas, pasang kancingnya."

Saya duduk memperhatikan tanpa mengomel dan saat dia kesulitan, saya menawarkan bantuan.

"Sini ummi bantu, mamas pasang yang bawah, ummi yang atas."

Mamas berhasil memasang kancing baju

Daaan it's work. Dengan memadukan poin satu dan dua, si sulung dengan senang hati memasang kancing bajunya. Biasanya ada perlawanan saat saya meminta si sulung mengancingkan bajunya sendiri tapi tidak pagi ini. Tapi ada yang terlewat, seharusnya saat saya memberikan pujian dengan kalimat yang produktif tapi saya hanya berkata: "Mamas hebat" tanpa menegaskan apa yang membuatnya menjadi hebat. Baiklah, kita coba hari berikutnya. Tetap semangat.


#Hari1
#Level1
#Tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar